PENGARUH MEDIA WORD WALL
TERHADAP
KEMAMPUAN BAHASA DAN BICARA
ANAK TUNARUNGU
SEDANG KELAS II SDLB- B DHARMAWANITA SIDOARJO
PROPOSAL
PENELITIAN
Oleh
OKTAFIYANTI NOR FADILAH
NIM 14010044051
UNIVERSITAS
NEGERI SURABAYA
FAKULTAS ILMU
PENDIDIKAN
JURUSAN
PENDIDIKAN LUAR BIASA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia
hidup perlu adanya komunikasi dengan orang di sekitarnya, karena pada dasarnya
manusia adalah makhluk sosial yang memerlukan orang lain tidak dapat hidup
seorang diri. Dan untuk berkomunikasi manusia perlu berbicara dan berbahasa. Masalah
berbicara dan berbahasa merupakan hambatan yang dialami oleh anak tunarungu.
Pengertian anak tunarungu adalah anak yang mengalami gangguan pada organ
pendengarannya sehingga mengakibatkan ketidakmampuan mendengar mulai dari
tingkat ringan sampai dengan tingkat berat.
Andreas Dwidjosumarto
(1990:1) mengemukakan bahwa seseorang yang tidak atau kurang
dengar mampu mendengar suara dikatakan tunarungu. Anak tunarungu memiliki hambatan
dalam pendengaran sehingga telinga mereka tidak pernah mendapatkan rangsangan
hal itu menyebabkan hambatan dalam berkomunikasi terutama berbahasa. Hal ini
karena tidak pernah mendengar yang menyebabkan anak tunarungu tidak dapat
mengeluarkan suaranya, dan pada umumnya anak tunarungu akan sulit bernafas jika
dipaksakan untuk berbicara karena mereka tidak terbiasa untuk mengeluarkan
suara.
Pada
kenyataan dilapangan masih banyak anak tunarungu yang tidak mau untuk
berinteraksi dengan orang pada umumnya dan jika mereka mau untuk berinteraksi
dan berkomunikasi anak lebih suka menggunakan bahasa isyarat dan tidak mau
mengeluarkan suaranya, karena kurang percaya diri dan faktor lainnya. Pada era
modern ini tentunya sudah banyak terapi yang diberikan pada anak untuk meltih
berbahasa dan berbicara anak tunarungu. Dalam pembelajaran di sekolah untuk
mrmbrlajarkan bahasa dan bicara pada anak tunarungu tidak semudah membelajarkan
pada anak normal karena anak tunarungu tidak memiliki perbendaharaan kata dalam
ingatannya.
Siswa
tunarungu jika tidak mengetahui dan memahami kata dalam pemebeajaran maka
materi yang disampaikan oleh guru tidak akan diterima oleh anak karena tidak
mengerti apa yang dimaksudkan oleh guru dalam proses pembelajaran. Dalam satu
kelas tentunya anak memiliki karakteristik yang berbeda-beda. baik tingkat
intelegensi ataupun tingkat ketunarunguan anak yang akan mempengaruhu proses
pemelorehan kosakata dalam pembelajaran. Fakta dilapangan masih banyak guru
yang menggunakan metode ceramah dan
tidak ditunjang dengan media visual atau benda konkret. Kelemahan dalam metode ceramah menurut Arief antara lain adalah
interaksi cenderung bersifat teacher centered, verbalisme, guru
lebih aktif, sedangkan siswa lebih pasif (Nurmalikha, 2010:25). Metode ini
kurang efektif digunakan dikelas karena siswa akan pasif dan tidak dapat bebas
untuk bereksprerimen.
Word wall atau dinding kata
merupakan kumpulan kosakata yang terorganisir secara sistematis yang
ditampilkan dengan hurup yang besar sehingga dapat terlihat oleh semua lokasi
tempat duduk siswa dan ditempelkan pada dinding, papan pengumuman atau papan
tulis di kelasnya (Cransberry,2004 seperti dikutip oleh Nurmayanti, 2014). Marzano (2004) mengemukakan bahwa
dinding kata adalah pajangan kata kunci yang terorganisir dan terus menerus
diperbaharui yang menyediakan referensi visual untuk siswa ketika mempelajari
unit tertentu. Dengan media word wall akan membantu siswa dalam meningkatkan
bahasa dan bicara.
Proses pembelajaran dengan media word
wall dengan siswa tidak hanya membuat media word wall tetapi terdapat games
edukasi dan kegiatan lainnya agar siswa SDLB –B kelas 2 SD tidak merasa jenuh
dan bosan saat pembelajaran.
Berdasarkan
masalah yang telah diuraikan tentang hamabtan yang dialami oleh anak tunarungu,
dan minimnya media yang digunakan oleh guru di kelas, maka perlu digunakan
media yang cocok dan efektif sesuai dengan hambatan yang dialami oleh anak
tunarungu, maka salah satu media yang cocok untuk itu adalah media Word Wall.
Dengan judul “Pengaruh Media Word Wall Terhadap Kemampuan Bahasa dan Bicara
Anak Tunarungu Sedang.
B. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang hendak dicapai dalam
penelitian adalah :
Untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh penggunaan media word wall dalam
meningkatkan kemampuan bahasa dan berbicara anak tunarungu sedang kelas II
SDLB-B Dhramawanita Sidoarjo.
C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
uraian latar belakang dan tujuan penelitian yang telah disampaikan, maka
permasalahan dalam penelitian ini adalah :
Apakah penggunaan media word wall efektif untuk dapat meningkatkan
kemampuan berbahasa dan bicara pada anak tunarungu kelas II SDLB-B Dharmawanita
Sidoarjo.
D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang ingin dicapai dalam
penelitian adalah:
1.
Manfaat
Teoritis
Bagi Guru
Penelitian penggunaan media word wall untuk meningkatkan kemampuan
berbahasa anak tunarungu berguna untuk mengetahui peran media word wall dalam
meningkatkan kemampuan berbahasa dan berbicara pada anak tunarungu kelas II
SDLB-B Dharmawanita Sidoarjo
2.
Manfaat
Praktis
a.
Bagi
guru
Menemukan media pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berbahasa dan
berbicara.
b.
Bagi
siswa
Menyesuaikan karakteristik siswa tunarungu dengan kemampuan berbahasa
dan berbicara.
c.
Bagi
orang tua.
Orang tua dapat membuat word wall sederhana dirumah dengan kata-kata
sehari-hari agar anak terbiasa untuk berbicara dan berbahasa.
E. BATASAN PENELITIAN.
Supaya penelitian dapat dikaji secara mendalam maka ada batasan
masalah, yakni:
1.
Subjek
penelitian terbatas pada siswa tunarungu SDLB-B kelas II Dharmawanita Sidoarjo.
2.
Media
yang digunakan terbatas pada word wall.
F. ASUMSI
Anak
tunarungu merupakan anak yang mengalami hambatan dalam pendengaran, karena
memiliki hambatan dalam pendengaran maka anak tidak dapat berbicara dan
berbahasa, biasanya anak tunarungu sulit untuk berbahasa dan berbicara serta
perbendaharaan kata anak juga sangat terbatas. Maka untuk menambah
perbendaharaan kata anak dapat menggunakan media word wall. Yang berisi tentang
kosakata baru yang ditempel di dinding untuk memudahkan anak membacanya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Kajian tentang anak tunarungu
Anak
tunarungu adalah anak yang memiliki hambatan pendengaran baik kurang dengar atau
tuli berat. Andreas Dwijosumarto (1990:1) mengemukakan bahwa seseorang yang
tidak atau kurang mampu mendengar suara dikatakan tunarungu. Selain itu menurut
Mufti Salim (1984:8) menyimpulkan bahwa anak tunarungu adalah anak yang
mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh
kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran
ssehingga ia mengalami hambatan dalam perkembangan bahasanya.
Menurut
Kuntono dan Tirtawati (2014:7) Tunarungu adalah mereka yang mengalami gangguan
perkembangan yang menyankut kemampuan komunikasi, interaksi sosial dan aktifitas
simbolik.
Berdasarkan
pendapat diatas tentang pengertian anak tunarungu, dapat disimpulkan bahwa anak
tunarungu adalah anak atau seseorang yang mengalami hambatan pendengaran baik
itu kurang dengar maupun tuli. Seseorang yang mengalami hambatan pendengaran
sulit untuk mengolah informasi yang berupa suara. Sehingga menyebabkan anak
tunarungu kesulitan berinteraksi dengan orang di sekililingnya. Jika seseorang
masih memiliki sisa pendengaran dapat mengoptimalkan sisa pendengarannya dengan
menggunakan alat bantu dengar atau jika keluarga mampu dan memungkinkan dapat
di pasang koklea implant. Yang tentunya harus diimbangi dengan terapi
pendukung.
Tunarungu
secara anatomi fisiologis :
Ø Dapat dikelompokkan sebagai berikut.
a.
Tunarungu
konduktif (hantaran)
Tunarungu yang disebabkan karena kerusakan alat pendengaran pada bagian
tengah atau bagian luar yang menyebabkan getaran suara tidak sampai ke bagian
dalam telinga.
b.
Tunarungu
sensorineural
Yakni kehilangan kemampuan dalam mendengar yang disebabkan oleh
rusaknya saraf atau telinga bagian dalam.
Klasifikasi
anak tunarungu menurut taraf pendengarannya dapat diukur dengan alat
audiometer. Dalam pendidikan ketunarunguan dapat diklasifikasikan sebagai
berikut.
Andreas
Dwijosumarto (1990:1) mengemukakan :
Tingkat I, Kehilangan kemampuan mendengar antara 35
sampai 45 dB, seseorang hanya memerlukan latihan berbicara dan bantuan
mendengar secara khusus.
Tingkat II, Kehilangan kemampuan
mendengar antara 55 samapi 69 dB, penderita kadang-kadang memerlukan penempatan
sekolah khusus, dalam kehidupan sehari-hari memerlukan latihan bicara dan
bantuan latihan berbahasa secara khusus.
Tingkat III, kehilangan kemampuan mendengar
antara 70-89 dB.
Tingkat IV, kehilangan kemampuan
mendengar 90dB ke atas.
Derajat
kehilangan pendengaran berdasarkan tes audiometer.
Ø 30 – 40 dB Tunarungu ringan.
Ø 41 – 60 dB Tunarungu sedang.
Ø 56 – 70 dB Tunarungu agak berat.
Ø 71 – 90 dB Tunarungu berat.
Ø 90 dB – lebih Tunarungu sangat berat.
Berdasarkan pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa penyebab ketunarunguan secara anatomi fisiologis dibagi
menjadi 2 yakni tunarungu konduktif dan tunarungu sensorineural. Ketunarunguan
yang sudah di tes menggunakan audiometer untuk menentukan seberapa tingkat
ketunarunguan seseorang yang dibagi menjadi tunarungu ringan,sedang, agak berat
, berat serta sangat berat. Dan jika sudah di ketahui tingkat kehilangan
pendengarannya maka implikasi pendidikan anak dapat disesuaikan dengan hambatan
dan kemampuan yang dimiliki oleh anak.
B. Kajian teori tentang perkembangan bahasa dan bicara.
Perkembangan
bahasa dan bicara sangat berkaitan dengan pendengaran. Karena seseorang dapat
berbicara karena mendengar. Dan pada sound bank terdapat kosakata yang di
dengar dan berada pada memori jangka panjang.
Pengertian
bahasa :
-
Menurut
Gorys Keraf (1997;1), bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat
berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
-
Menurut
Fodor (1974), Bahasa ialah system simbol dan tanda. Yang dimaksud dengan system
simbol ialah hubungan simbol dengan makna yang bersifat konvensiona tetapi ditentukan
oleh sifat atau ciri tertentu yang dimiliki benda atau situasi yang dimaksud.
-
Menurut
Taigan (1989:4), beliau memberikan dua definisi bahasa.
Pertama, bahasa adalah suatu system
yang sistematis, barang kali juga juga system generatif.
Kedua bahasa ialah seperangkat
lambang-lambang manasuka ataupun simbol – simbol arbiter.
-
Menurut
Santoso (1990:1) bahasa adalah rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia secara sadar.
Pengertian bicara:
-
Menurut
Tarigan (2008: 16), Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi – bunyi
artikulasi atau kata – kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta
menyampaikan pikiran gagasan dan perasaan.
-
Menurut
Brown dan Yule dalam Puji Santosa, dkk (2006:34). Berbicara adalah kemampuan
mengucapkan bunyi – bunyi bahasa untuk mengekspresikan atau menyampaikan
pikiran, gagasan atau perasaan secara lisan.
-
Haryadi
dan Zamzani (2000:72) mengemukakan bahwa secara umum berbicara dapat diartikan
sebagai suatu penyampaian maksud (ide,pikiran, isi hati) seseorang kepada orang
lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami
oleh orang lain.
Berdasarkan
pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa bahasa dan berbicara saling
terkait bahasa merupakan alat komunikasi sedangkan bicaara adalah mengucapkan
bunyi untuk menyampaikan pikiran gagasan. Perkembangan bahasa dan bicara sangat
terkait dengan organ pendengaran. akibat terbatas ketajaman pada organ
pendengaran, anak tunarungu tidak dapat mendengar suara secara optimal seperti
individu pada umumnya. Karena itu pada masa peniruan suara setelah proses
meraban tidak tejadi, peniruan pada anak tunarungu hanya pada visualnya.
Untuk
kemampuan berbahasa dan berbicara pada anak tunarungu perlu bimbingan secara
khusus dan mengikuti terpai untuk menunjang kemampuan anak dalam berkomunikasi.
Bahasa
mempunyai fungsi dan peraan pokok sebagai media untuk berkomunikasi. Dalam
fungsinya dapat pula dibedakan berbagai peran lain dari bahasa seperti:
1.
Bahasa
sebagai wahana untuk mengadakan kontak/hubungan .
2.
Untuk
mengungkapkan perasaan, kebutuhan da keinginan.
3.
Untuk
mengatur dan menguasai tingkah laku orang lain.
4.
Untuk
pemberian informasi.
5.
Untuk
memperoleh pengetahuan (Depdikbud, 1987:27).
Jika
seseorang tidak memiliki ketrampilan berbahasa maka akan sulit untuk berhubungan
dengan manusia di sekitarnya. Perkembangan bahasa anak tunarungu yang masih
memiliki sisa pendengaran dapa dioptimalkan dengan menggunakan alat bantu
dengar serta memanfaatkan penglihatannya yang tajam. Untuk itu komunikasi pada
anak tunarungu memanfaatkan indra lain yang berfungsi secara optimal.
komunikasi pada anak tunarungu juga dapat dilakukan dengan membaca gerak bibir
atau speechreading. Selain itu juga dapat menggunakan media tulisan. Salah
satunya adalah dengan menggunakan media word wall, untuk menambah perbendaharan
kata serta dapat melatih bicara pada anak tunarungu.
C. KAJIAN TENTANG MEDIA WORD WALL
Word wall atau dinding kata merupakan kumpulan kosakata yang terorganisir
secara sistematis yang ditampilkan dengan huruf yang besar sehingga dapat
terlihat oleh semua lokasi tempat duduk siswa dan ditempelkan pada dinding,
papan pengumuman atau papan tulis di kelasnya, (Cransberry,2004).
Marzano (2004) bahwa dinding
kata adalah pajangan kata kunci yang terorganisir dan terus menerus
diperbaharui yang menyediakan referensi visual untuk siswa ketika mempelajari
unit tertentu. Kata-kata ini terus menerus dipakai oleh guru dan siswa selama
kegiatan
unit tersebut berlangsung.
unit tersebut berlangsung.
Dari beberapa pendapat
diatas bahwa word wall adalah kata – kata yang disusun secara sistematis dengan
topic yang telah ditentukan serta dicetak dalam huruf yang besar sehingga mudah
untuk dibaca oleh siswa, biasanya kata yang ditempel pada word wall merupakan
kata – kata yang baru dikenal siswa sehingga dapat menambah pendeharaan siswa,
terumatama anak tunarungu yang minim perbendaharaan kata.
Dengan menggunakan word wall
akan memudahkan guru untuk membelajarkan kata yang baru pada siswa tunarungu,
juga memudahkan siswa untuk memahami kata karena kata tersebut berbentuk visual
yang membantu siswa untuk membaca dan melihatnya.
Berdasarkan
hasil penelitian Ayu, Dewa, dkk (2013) mengatakan bahwa penggunaan media word
wall dapat meningkatkan kemampuan kosa kata bahasa Inggris siswa SD kelas V,
dengan hasil penelitian lain Fitriah, Ardan (2015) dengan menggunakan media word wall dapat meningkatkan
kemampuan kosa kata bahasa Arab siswa MI.
Berdasarkan
hasil penelitian diatas maka dipilih media word wall karena pda dasarnya anak
tunarungu merupakan makhuk visual karena semua informasi yang diterima oleh
anak ditangkap dan diproses dengan visulanya. Selain itu penggunaan media word
wall juga dianggap menarik karena bentuk tulisan yang diperbesar serta adanya
hiasan yang dapat dikreasikan sendiri oleh guru untuk menarik minat baca siswa.
Serta dalam pembelajaran juga siswa turut berperan aktif dalam pembelajaran,
dikarenakan dalam pembelajaran juga terdapat permainan yang menyenangkan untuk
mengahafal kosakata yang ada dalam word wall, dan dapat membantu perkembangan
bahasa dan bicara pada anak tunarungu.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. JENIS DAN RANCANGAN
PENELITIAN
Jenis penelitian ini
menggunakan jenis penelitian kuantitatif deengan metode pra eksperimen, dengan
pola desain one grup pretest-postest
design.
Menurut Arikunto,
(2013:123) Pra Experimental Design sering disebut sebagai eksperimen
yang tidak sebenarnya atau eksperimen purapura. Dikatakan demikian karena
eksperimen ini belum memenuhi persyaratan seperti cara eksperimen yang dapat
dikatakan ilmiah mengikuti peraturan-peraturan tertentu.
Penelitian dimulai
dengan pretest pada satu pertemuan kemudian diberikan treatment dengan
menerapkan media word wall selama 5 kali pertemuan dan diakhiri dengan posttest
pada 1 kali pertemuan.
Penelitian one grup pretest-postest design , jenis
ini terdapat pretest sebelum diberikan perlakukan . yang nantinya mendapatkan
hasil yang lebih akurat karena dapt membandingkan hasil sebelum dan sesudah
treatment.
Pada penelitian terdapat
variabel bebas berupa media word wall dan variabel terikat berupa peningkatan
kemampuan berbahasa dan berbicara.
Table 3.1 Penelitian (One Grup Pre and Postest Design)
Pretest
|
Treatment
|
Posttest
|
X
|
Keterangan :
Desain penelitian :
1) Pretest dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam
berbahasa dan berbicara pada siswa tunarungu kelas II SDLB-B Dharmawanita
Sidoarjo. Pretes tes objektif pilihan ganda dengan banyak soal 10 butir soal.
2) Proses perlakuan dengan menggunakan media Word Wall. Pemberian
treatment dengan memberikan media word wall dilakukan sebanyak 5 kali
pertemuan. Dalam pelaksanaan siswajuga turut kooperatif dalam mengerjakan.
Pelaksanaan treatment dilakukan 2 x 30 menit sekali pertemuan.
3) Mengadakan posttest. Posttest diberikan setelah dilakuakn
treatment media word wall. Posttest menggunakan tes lisan dengan pendampingan
guru serta tes objektif pilihan ganda sebanyak 10 soal.
B. LOKASI PENELITIAN
Tempat penelitian adalah
tempat untuk memperoleh informasi, data keterangan dan hal-hal lain yang
dibutuhkan. Penelitian dilaksanakan di SDLB-B DHARMAWANITA SIDOARJO, dengan
alamat. Jl. Pahlawan, Lemahputro, Kec Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo. Kode Pos
61213, merupakan sekolah untuk anak berkebutuhan khusus yang siswanya mengalami
gangguan pendengaran (tunarungu).
C. POPULASI DAN SAMPEL
Populasi adalah
keseluruhan seubjek yang diteliti dan telah ditetapkan oleh peneliti untuk
diteliti. Populasinya adalah seluruh siswa kelas II SDLB B Dharmawanita
Sidoarjo.
Sampel merupakan bagian
dari populasi yang diinginkan untuk diteliti.penelitian ini merupakan
penelitian non parametric yakni subjek kurang dari 30 orang, dan digunakan sampling
penuh karena semua anggota polulai menjadi sampel.
Berikut daftar nama siswa SDLB B Dharmawanita Sidoarjo.
Tabel 3.2 Daftar Subjek
Penelitian
No
|
Inisial Siswa
|
Jenis Kelamin
|
1
|
Gh
|
Laki – laki
|
2
|
Ah
|
Laki – laki
|
3
|
Rz
|
Perempuan
|
4
|
Sa
|
Perempuan
|
5
|
Ri
|
Perempuan
|
D. VARIABEL dan DEFINISI
OPERASIOANAL
§ VARIABEL
1)
Variabel bebas (X)
Media word wall.
2)
Variabel terikat (Y)
Kemampuan berbahasa dan berbicara pada siswa Tunarungu kelas II
SDLB – B Dharmawanita Sidoarjo.
§ DEFINISI OPERASIONAL
Definisi operasioanal dari
judul penelitian “PENGARUH MEDIA WORD WALL TERHADAP KEMAMPUAN
BAHASA DAN BICARA ANAK TUNARUNGU SEDANG KELAS II SDLB- B DHARMAWANITA
SIDOARJO” yaitu :
1. Pengaruh
Pengaruh yakni apakah
sesuatu yang menajadi media tersebut berpengaruh pada kemampuan berbicara dan
berbahasa anak tunarungu.
2. Media word wall.
Media word wall adalah dinding kata yang didesain semenrik mungkin
dan dibuat dengan ukuran yang lebih besar untuk memudahkan orang membaca dari
jarak jauh. Kata yang ada dalam word wall bebas, tergantung kebutuhan dan
materi. Sehingga dapat diganti – ganti.
3. Kemampuan bahasa dan bicara.
Yakni anak tunarungu mengalami gangguan dalam pendengaran, jika
mengalami gangguan pendengaran maka kemampuan berbicara dan berbahasa juga
terhambat karena setelah masa meraban anak tidak dapat menengar suara yang
menyebabkan anak malas berbicara hingga diketahui anak mengalami tunarungu.
E. INSTRUMEN PENELITIAN
Langkah –
langkah dalam menyusun instrument penelitian :
Membuat
soal berjumlah 20 butir soal.
Soal
digunakan untuk uji pretest da posttest .
Skoring
atau penilaian.
Penilaian
yang digunakan untuk menghitung jawaban peserta dalam menyelesaikan soal.
Soal objektif pilihan ganda
Setiap soal
benar maka nilai 1
Setiap soal
salah maka nilai 0
Nilai akhir
: jumlah benar : jumlah seluruh soal X 100%
F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik pengumpulan data merupakan suatu cara untuk mendapatkan dan
mengumpulkan data untuk memperoleh ukuran tentang variabel yang diteliti dan
merupakan hal yang penting dalam penelitian (Arikunto, 2013:265-266). Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah tes:
TES
adalah pengukuran terencana yang dipakai guru untuk mencoba menciptakan
kesempatan bagi para siswanya untuk memperlihatkan prestasi mereka dalam
kaitannya dengan tujuan yang telah ditentukan (James S Cangelosi, 1995 : 21)
Tes
adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau
serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga
menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut, yang
dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-nak lain atau standar
yang ditetapkan (Wayan Nurkencana:25)
Berdasarkan
pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa tes adalah alat untuk mengukur
kemampuan sseseorang. Baik kemampuan akademik ataupun kemampuan non akademik.
Bentuk
tes : salah satu bentuk tes adalah tes objektif, yang akan digunakan pada
penelitian ini. Tes objektif adalah tes yang
dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif (Arikunto, 1995: 165).
Tes yang digunakan yakni tes objektif dengan 10 butir
soal.
G. TEKNIK ANALISIS DATA
Teknik analisis
data yang digunakan adalah teknik analisis data kuantitatif non paramatetrik
karena data yang digunakan kurang dari 30 siswa. Statistik Non Parametrik tidak menuntut
terpenuhi banyak asumsi, misalnya data yang dianalisis tidak harus
berdistribusi normal. Oleh karena itu statistik non parametrik sering disebut
sebagai distribusi bebas (free distribution).
DAFTAR PUSTAKA
Tim, penulis, 2015. Menulis
Ilmiah : Buku Ajar MPK Bahasa Indonesia. Surabaya : Unesa University Press.
Somantri, Sutjiati. 2005. Psikologi
Anak Luar Biasa. Bandung: PT Refika Aditama.
Rahajeng, Yasi. 2016. Skipsi, (online), (abstrak.ta.uns.ac.id,
diunduh 14 Desember 2016).
(http://www.duniapelajar.com/2013/04/03/pengertian-tes-menurut-para-ahli/. Diakses pada 15 Desember 2016).